TIMES PINRANG, JAKARTA – Meski sulit bagi Manchester United untuk menyelamatkan musim yang mengecewakan, final Liga Europa pada Rabu atau Kamis (22/5/2025) nanti akan menjadi momen krusial dalam menentukan arah masa depan klub. Tiket ke Liga Champions dipertaruhkan, dan sang pelatih Ruben Amorim pun berada di bawah tekanan besar.
United yang dulunya dikenal sebagai raksasa Inggris kini terpuruk di peringkat ke-16 klasemen Liga Primer. Dengan posisi itu, satu-satunya jalan mereka untuk kembali ke pentas Eropa adalah dengan menjuarai Liga Europa—dan itu harus diwujudkan di Bilbao, menghadapi sesama tim Inggris, Tottenham Hotspur.
Kekalahan di final akan menjadi pukulan telak bagi fans yang sudah lama frustrasi, tapi dampaknya lebih dari sekadar kekecewaan emosional. Menurut salah satu pemilik klub, Jim Ratcliffe, kegagalan lolos ke Liga Champions bisa merugikan klub hingga 80–100 juta poundsterling, terutama dari hak siar, pendapatan pertandingan, dan sponsor.
"Partisipasi di Liga Champions bisa mengubah segalanya," ujar Amorim dalam konferensi pers baru-baru ini. "Kalau kita lihat sekarang, kami belum siap bersaing di Premier League sekaligus di Liga Champions. Tapi kalau lolos, kami bisa punya anggaran yang berbeda untuk membentuk tim yang lebih kuat musim depan."
Mengangkat trofi Liga Europa bisa menjadi secercah cahaya di tengah musim yang kelam.
Kekalahan 0-1 dari Chelsea pada Jumat lalu merupakan yang ke-18 bagi United musim ini di liga, sebuah catatan kelam yang belum pernah terjadi sebelumnya: mereka akan menutup musim tanpa sekali pun meraih dua kemenangan beruntun di liga.
Ini juga merupakan jumlah kekalahan terbanyak sejak musim 1973-74—musim terakhir ketika mereka terdegradasi dari divisi teratas. United bahkan belum menang dalam delapan laga terakhir Liga Inggris. (*)
Meski performa di liga mengecewakan, Amorim menyoroti kemampuan timnya untuk tampil lebih baik di kompetisi Eropa. United belum terkalahkan di Liga Europa musim ini, dan sukses membantai Athletic Bilbao dengan agregat 7-1 di semifinal.
Sebelumnya, mereka nyaris tersingkir di perempat final saat menghadapi Olympique Lyonnais, namun gol dramatis di menit-menit akhir dari Kobbie Mainoo dan Harry Maguire—yang mencetak gol di menit ke-121—membawa mereka ke semifinal.
"Kami melaju ke final tanpa kekalahan, dan itu sesuatu yang patut dibanggakan," ujar bek Diogo Dalot kepada situs resmi klub. "Turnamen ini tidak mudah, karena kami harus menghadapi tim-tim dari berbagai negara dengan gaya bermain yang sangat berbeda dari yang biasa kami hadapi di Inggris. Tapi hasil konsisten di Liga Europa adalah sisi positif dari musim ini."
Kemenangan di final bisa meredakan tekanan terhadap Amorim, sebagaimana trofi Piala FA musim lalu sempat menyelamatkan posisi Erik ten Hag, yang bahkan sempat diberi perpanjangan kontrak satu tahun. Namun pelatih asal Belanda itu akhirnya dipecat pada 29 Oktober setelah awal musim yang buruk.
Minimnya peningkatan performa di bawah Amorim memunculkan keraguan dari banyak pihak, tapi sang pelatih Portugal tetap optimistis.
"Tentu saja kami harus percaya diri," katanya. "Saya merasa yakin. Para pemain siap menghadapi pertandingan ini. Mereka tahu arti pentingnya—bukan hanya bagi kami, tapi juga untuk fans dan klub secara keseluruhan. Setelah musim seberat ini, kami akan berjuang demi satu hal yang bisa membuat kami mengingat musim ini dengan cara yang berbeda."
"Kami akan datang ke final dengan persiapan maksimal. Ini adalah pertandingan dengan konteks yang berbeda. Hal terpenting bagi saya adalah perubahan mentalitas tim. Mereka mau bersaing, dan itu yang paling berarti," ucapnya. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Final Liga Europa Jadi Penentu Masa Depan Manchester United dan Amorim
Pewarta | : Wahyu Nurdiyanto |
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |