TIMES PINRANG, JAKARTA – Akademisi dan Pakar Entomologi Dadan Hindayana mengatakan jangkrik dan belakang merupakan sumber protein dari hewan jenis serangga yang ada di Indonesia.
Hal tersebut disampaikan Dadan Hindayana pada kegiatan media gathering: Melacak Jejak Pangan Indonesia yang diselenggarakan pada Kamis (18/12/2025) kemarin.
“Yang paling unggul dari sisi gizi dan protein adalah jangkrik dan belalang,” ucap Dadan Hindayana dikutip TIMES Indonesia pada Jumat (19/12/2025).
Menurutnya, jangkrik sekarang sudah diolah menjadi berbagai camilan dan cukup populer. “Jika dicari di internet, seperti cricket chips, sudah banyak dijual, bahkan populer di Inggris,” ujarnya.
“Belalang juga kini dibudidayakan di Tiongkok dalam skala besar, dengan lahan dan pakan yang relatif sedikit, tetapi menghasilkan protein yang tinggi,” sambungnya.
Ia menjelaskan alasan jangkrik dan belalang menjadi makanan yang tidak populer karena sebenarnya, makanan itu soal kebiasaan. Apa yang dibiasakan orang tua kepada anak-anaknya akan menjadi hal yang biasa dikonsumsi.
“Masalahnya, kita sering kali hanya dibiasakan mengonsumsi makanan yang dianggap umum, sementara serangga tidak. Di Papua dan Indonesia Timur, masyarakat sudah terbiasa mengonsumsi ulat sagu. Itu justru salah satu sumber protein yang paling bersih,” jelasnya.
“Mengapa demikian? Karena ulat sagu tidak dibudidayakan, tumbuh secara alami, tidak dipupuk, dan tidak bersentuhan dengan bahan kimia. Makanannya pun murni dari pohon sagu,” sambungnya.
Menurutnya, ulat sagu berbeda dengan ayam yang sering mematuk apa saja, atau ikan yang kadang hidup di lingkungan yang kurang bersih. “Ulat sagu itu murni dan alami. Begitu juga dengan belalang, karena belalang adalah herbivora yang hanya memakan daun, sehingga relatif bersih,” ujarnya.
Ia menerangkan bahwa serangga itu memang bermacam-macam dan ada serangga yang bisa dimakan dan ada yang tidak bisa. “Serangga yang bisa dimakan disebut eatable insect. Contohnya adalah ulat jati, belalang, jangkrik, dan laron,” terangnya.
Menariknya, lanjut Dadan, serangga mampu menghasilkan protein dengan penggunaan pakan yang jauh lebih efisien: enam kali lebih efisien dibandingkan daging sapi, empat kali dibandingkan domba, dan dua kali dibandingkan ayam.
“Jadi, jika kita bisa memanfaatkan serangga sebagai sumber protein, ini akan menjadi sumber protein masa depan yang lebih ramah lingkungan,” tandasnya. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Dadan Hindayana Sebut Serangga Sebagai Sumber Protein Masa Depan yang Ramah Lingkungan
| Pewarta | : Ahmad Nuril Fahmi |
| Editor | : Imadudin Muhammad |