TIMES PINRANG, JAKARTA – Kemarahan negara-negara Arab-Muslim terhadap Israel memuncak dalam sidang luar biasa Dewan Tertinggi Dewan Kerja Sama Teluk dan KTT Darurat Arab-Islam yang digelar di Doha, Qatar, Senin (15/9/2025) kemarin.
Hasil dari KTT di Doha tersebut, mereka mendesak dilakukan peninjauan kembali hubungan diplomatik dan ekonomi dengan Israel, mengambil semua langkah hukum, serta upaya untuk menangguhkan keanggotaannya di PBB.
Pernyataan bersama negara-negara Arab dan Muslim tersebut tertuang dari hasil sidang luar biasa Dewan Tertinggi Dewan Kerja Sama Teluk dan KTT Darurat Arab-Islam yang digelar di Doha, Qatar.
"Tidak ada ruang untuk berurusan dengan pihak yang pengecut dan pengkhianat," kata Emir Qatar, Sheikh Tamim bin Hamad Al-Thani saat berpidato di hadapan semua peserta KTT
Emir Qatar yang juga marah mengecam serangan Israel ke Doha, Qatar pada hari Selasa (9/9/2025) lalu yang mencolok, tak tahu malu dan pengecut.
Serangan itu menyebabkan enam orang meninggal dunia termasuk petugas keamanan Qatar saat negara kaya minyak tersebut sedang merundingkan perdamaian untuk kawasan Timur Tengah.
Dikatakan, Israel telah berusaha menggagalkan perundingan Gaza dengan menyerang negosiator Hamas di negaranya minggu lalu, dan bahwa perdana menterinya (Benjamin Netanyahu) memimpikan dunia Arab di bawah pengaruh Israel.
"Barangsiapa yang bekerja dengan tekun dan sistematis untuk membunuh pihak yang sedang bernegosiasi dengannya, berarti ia bermaksud menggagalkan negosiasi tersebut. Bagi mereka, negosiasi hanyalah bagian dari perang," ujar Sheikh Tamim bin Hamad Al-Thani kepada para pemimpin Arab dan Muslim yang berkumpul di Doha.
Ia juga mengatakan Benjamin Netanyahu bermimpi mengubah kawasan Arab menjadi wilayah pengaruh Israel, dan ini adalah ilusi yang berbahaya.
Sheikh Tamim mengatakan pemerintah Israel mengeksploitasi perang yang sedang berlangsung di Gaza untuk memperluas permukiman dan mengubah status quo, dan ia juga menambahkan bahwa negosiasi tersebut hanyalah dalih untuk operasi militer Israel di wilayah yang terkepung tersebut.
"Jika Israel bermaksud membunuh para pemimpin Hamas, mengapa mereka (Israel) bernegosiasi dengan mereka (Hamas)?" ujar penguasa Qatar tersebut dalam pernyataan pembukaannya di pertemuan puncak tersebut.
Ia menuduh Israel tidak peduli dengan para sanderanya yang ditahan di Gaza dan sebaliknya hanya bekerja untuk memastikan Gaza tidak lagi layak huni.
"Jika Anda ingin menuntut pembebasan sandera, mengapa mereka membunuh semua negosiator? Tidak ada ruang untuk berurusan dengan pihak yang pengecut dan pengkhianat," tambahnya.
"Mereka yang terus-menerus berupaya membunuh negosiator ini, pasti akan melakukan segalanya untuk memastikan kegagalan negosiasi ini. Ketika mereka mengklaim bahwa mereka mengupayakan pembebasan para sandera, itu hanyalah kebohongan belaka," tegas Emir Qatar.
Sheikh Tamim juga mengecam Israel atas apa yang disebutnya genosida yang dilakukannya di Gaza.
Negara-negara Arab-Muslim dalam KTT Darurat di Doha itupun akhirnya sepakat mendesak “semua negara untuk mengambil semua langkah hukum dan efektif yang memungkinkan untuk mencegah Israel melanjutkan tindakannya terhadap rakyat Palestina.
Kesepakatan itu juga termasuk meninjau hubungan diplomatik dan ekonomi dengan Israel, dan memulai proses hukum terhadap Israel.
Pernyataan itu juga mendesak negara-negara anggota untuk “mengkoordinasikan upaya-upaya yang bertujuan untuk menangguhkan keanggotaan Israel di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Komunike tersebut juga menegaskan kembali dukungan kolektif terhadap perjuangan Palestina, menolak pemindahan paksa, perluasan permukiman, dan segala upaya untuk memaksakan kenyataan baru di Wilayah Pendudukan.
Ia menyerukan bantuan kemanusiaan yang mendesak, pembangunan kembali Gaza, dan pertanggungjawaban atas apa yang digambarkannya sebagai kejahatan perang, termasuk taktik pengepungan dan kelaparan terhadap warga sipil. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Kemarahan Negara Arab-Islam Memuncak di KTT Doha, Ini Ancaman Mereka Terhadap Israel
Pewarta | : Widodo Irianto |
Editor | : Ronny Wicaksono |